Minggu, 22 Juli 2007

Sejarah Adibusana

Sejarah Adibusana

Ketertarikan orang dalam hal mode sudah ada sejak ribuan tahun silam. Namun, industri mode baru muncul tahun 1850. Dua momen penting yang memicu perkembangan industri ini adalah tatkala Isaac Singer meluncurkan mesin jahit ciptaannya dan mencuatnya popularitas seorang penjahit kenamaan, Charles Frederick Worth. Sebelumnya, setiap orang membuat pakaiannya sendiri. Hasilnya pun tergantung keahlian masing-masing. Biasanya, seorang ibu rumah tangga akan menjahit baju sesuai musim yang berlaku, lingkungan tempat tinggal, dan komunitas yang ada. Tak heran jika kemudian muncul kemiripan antara baju satu dengan yang lainnya. Kemiripan ini memicu lahirnya ”Pakaian Nasional”. Perdagangan pakaian pun terjadi. Dalam perkembangannya, kaum bangsawan memiliki andil. Perjalanan perdagangan yang tadinya tidak aman akibat kondisi jalan yang rusak dan terhadang oleh ”tukang jegal” lalu menjadi kembali beroperasi. Bahkan materi bahan pun semakin lebih baik lagi. Dan sejak saat itu pakaian menunjukkan status dan kekayaan seseorang. Kalangan bangsawan menjadi konsumer pakaian yang paling menonjol. Di antaranya, Ratu Elizabeth I diketahui memiliki lebih dari 1.000 gaun. Banyak di antaranya merupakan hadiah. Georgiana, the Duchess of Devonshire, merupakan trendsetter tahun 1770-an di London. Kemudian keadaan ini semakin terlihat cemerlang ketika Louis XIV dari Prancis yang dikenal sebagai ”the sun king” mulai memperhatikan Prancis dan menetapkan Paris sebagai pusat mode di Eropa pada akhir abad ke-17. Ini masih terjadi hingga saat ini. Tak heran jika butik-butik dari perancang ternama dunia dalam dunia mode memiliki basis di kota Paris hingga saat ini. Tak heran juga jika banyak orang-orang Indonesia senang berkunjung sekaligus belanja perlengkapan mode di Paris. Secara individual, ada yang dipakainya sendiri dan ada pula yang dijual kembali. Tapi ada pula perusahaan lokal di Indonesia yang melakukan impor dari Paris langsung.

Tidak ada komentar: